Showing posts with label hasil pertanian. Show all posts
Showing posts with label hasil pertanian. Show all posts

5 Komoditas Pertanian dan Perkebunan Indonesia yang Mendunia

5 Komoditas Pertanian dan Perkebunan Indonesia yang Mendunia - Kita patut berbangga ternyata beberapa produk pertanian dan perkebunan Indonesia sangat mendunia. Ditengah meluapnya arus impor barang konsumsi dari luar negeri, komoditas pertanian dan perkebunan masih menjadi komoditi unggulan di kancah internasional. Kali ini akan kita ulas sedikit mengenai 5 komoditas pertanian dan perkebunan Indonesia yang mendunia.

5 Komoditas Pertanian dan Perkebunan Indonesia yang Mendunia

1. Kelapa Sawit
Indonesia menempatkan diri sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia. Pada tahun 2011 Indonesia menguasai pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 47% mengungguli Malaysia di tempat ke 2 dengan 39%. Ekspor kelapa sawit mampu menyumbang devisa Negara sebesar USD 14 miliar pada tahun 2010 dan diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan dari tahun ketahunnya.

2. Rempah-rempah

Sejak dahulu kala, Indonesia terkenal akan rempah-rempahnya. Tanaman rempah-rempah yang tumbuh subur di Indonesia menarik minat bangsa lain untuk menguasainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa dahulu banyak bangsa asing yang kaya raya akibat rempah-rempah dari Indonesia yang mempunyai nilai sangat tinggi. Sampai saat ini Indonesia masih sebagai eksportir utama rempah-rempah di dunia, diantaranya adalah pala (no. 1), kayu manis (no. 1), cengkeh (no 1) dan lada (no. 2).

3. Kakao

Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksinya terus tumbuh rata-rata 3,5% per tahun, pada tahun 2014 pemerintah berkomitmen untuk mengalahkan kedua Negara tersebut untuk menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kakao terbesar di dunia. Pada tahun 2010 produksi kakao Indonesia mencapai 574 ribu ton atau menyumbang 16% produksi kakao dunia, sedangkan Pantai Gading di peringkat pertama dengan 1,6 juta ton, atau menyumbang sebesar 44%.

4. Karet

Indonesia menempati peringkat ke 2 setelah Thailand sebagai pemasok karet mentah dunia. Ada yang menyebut Indonesia sebagai Arabnya karet dunia. Meskipun kalah dalam hal jumlah dan produktifitas perkebunan karet, namun karet Indonesia disebut-sebut menang secara kualitas dibanding karet dari Thailand. Pada tahun 2011 produksi karet di Indonesia mencapai 2,8 juta ton.

5. Kopi

Saat ini Indonesia menduduki peringkat 3 sebagai produsen kopi dunia dibawah Brazil dan Kolombia. Basarnya produksi kopi Indonesia per tahun rata-rata sekitar 600 ribu ton. Dari angka ini Indonesia dapat mensuplai  7% kebutuhan kopi dunia.
Read More

Bawang Goreng Palu Tembus Korea Selatan

Bawang merah merupakan salah satu bumbu yang wajib ada pada masakan.

Selain dimanfaatkan sebagai bahan dasar, bawang merah goreng juga berfungsi sebagai pelengkap kudapan. Cita rasa makanan dijamin makin istimewa berkat irisan bawang yang tipis dan renyah tersebut.

Bawang Goreng Palu Tembus Korea Selatan

Proses membuat irisan bawang goreng cukup mudah. Anda tinggal mengiris tipis bawang merah, menggorengnya di minyak panas, dan meniriskan minyak hingga kering. Namun, bagi Anda yang tak biasa memasak, proses ini  bisa membuat air mata berlinang. Belum lagi bau khas bawang yang semerbak tercium di dapur.

Kendala ini ternyata membuka peluang bisnis baru yaitu bawang goreng dalam kemasan. Para pelaku usaha bawang goreng berlomba-lomba menawarkan produk bercita rasa tinggi yang cocok dengan selera masyarakat. Bawang goreng pun siap disantap kapan saja dan dimana saja. Praktis bukan?

Salah satu pelaku usaha yang sukses memasarkan bawang goreng dalam kemasan adalah Ragwan Hasan Al Idrus. Bersama suaminya, Fauzi Salim, Ragwan merintis bisnis bawang goreng yang diberi nama Sal-Han sejak 2004.

Perempuan asal Palu, Sulawesi Tengah ini mengaku tertarik menggeluti bisnis makanan karena besarnya pasar yang dapat digarap. Apalagi bawang merah khas Palu merupakan komoditas unggulan. “Saya gunakan adalah bawang batu. Bawang ini hanya tumbuh di lembah Palu,” katanya.

Ragwan menuturkan karakteristik bawang batu khas Palu ini berbeda dengan bawang lainnya. Bentuknya bulat berwarna putih keunguan. Selain itu, bawang ini juga memiliki sedikit kandungan air. Tak heran, bawang akan terasa renyah dan harum setelah digoreng.

Setelah jadi, dia mempromosikan bawang goreng kepada keluarga dan teman-temannya. Tak disangka, sambutan yang dia dapat sangat positif. Ragwan dan Fauzi pun makin bersemangat menggeluti bisnis ini.

Seiring berjalannya waktu, jumlah permintaan bawang merah Sal-Han kian meningkat. Ragwan pun berusaha memenuhi permintaan konsumen dengan menambah kapasitas produksi. Jika dulu dia hanya mampu memproduksi 60 kilogram bawang, kini kapasitas produksi menembus 7—15 ton per bulan.

Bahan baku dipasok dari petani-petani bawang yang ada di sekitar Palu. Namun, dia tak ingin bergantung sepenuhnya kepada komoditas bawang di pasar. “Saya membuka ladang bawang sendiri. Saat ini luasnya mencapai 5 hektar. Hasil panen dari ladang hanya memenuhi 50% kebutuhan, sisanya saya tetap gunakan bawang dari petani,” kata Ragwan.

Ragwan menjual bawang goreng dengan harga Rp180.000—Rp250.000 per kilogram. Kendati terbilang mahal, bawang goreng Sal-Han tetap laris di pasaran karena rasa gurih dan tekstur nan renyah. Margin keuntungan yang didapat mencapai 30%—40% dengan nilai omzet menembus Rp2 milyar per tahun.

Sebagai salah satu bahan baku makanan, komoditas bawang merah tentu dibutuhkan oleh masyarakat luas. Sayangnya, harga jual bawang merah acap kali naik turun. Hasilnya, para pelaku usaha bawang goreng pun harus tunduk dengan harga jual di pasaran.

Kendala ini dilihat oleh Ragwan. Perempuan yang pernah berprofesi sebagai guru ini merasa dirinya tak bisa bergantung ke stok bawang di pasar jika ingin meraih sukses. Di awal-awal produksi, dia sering mengalami kelangkaan bahan baku dan harga jual bawang yang tinggi.

Ragwan pun menemukan ternyata masalahnya ada di cuaca. “Cuaca di Palu sangat ekstrim. Ini yang membuat petani banyak mengalami gagal panen,” katanya. Untuk mengatasi hal tersebut, Ragwan dan suaminya mulai menyewa lahan di beberapa tempat. Jika ada satu lahan yang gagal panen, dia tetap bisa mendapat hasil bawang dari lahan lainnya.

Setelah mendapat pasokan bawang goreng, Ragwan membawa bahan baku tersebut untuk digoreng. Dia mengatakan proses pembuatan bawang goreng sangat sederhana. Pertama, bawang merah dikupas dan dicuci bersih. Bawang tersebut lalu dirajang menggunakan mesin hingga menghasilkan lembaran tipis. Lebih lanjut, irisan bawang digoreng di minyak panas sampai berwarna kuning kecoklatan. Terakhir, bawang goreng dimasukkan ke dalam mesin pengering (spinner) untuk memisahkan minyak.
Read More