Lihatlah Pertanian Di Jepang Ini, Anda Pasti Terpana!
Admin
8:55 PM
Selain terkenal dengan industi otomotifnya, Jepang juga sangat dikenal dengan industri pangan dan pertaniannya. Pertanian di Jepang sudah tersohor mempunyai sistem kerja yang baik.
Pantas saja jika pertanian di Jepang begitu berkembang. Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan pertanian Jepang yang salah satunya adalah Farm Size Expansion. Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan pertanian semakin bertambah dari empat hektare menjadi 15-20 hektare untuk setiap keluarga petani.
Kemajuan pertanian Jepang juga bisa dilihat dengan berkembangnya sistem pertanian urban. Bahkan pertanian urban di Jepang kini menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian yang segar, sehat, dan cepat.
Meskipun dikenal sebagai negara agraris, nyatanya pertanian di Indonesia belum bisa bersaing dengan Jepang. Kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi modal utamanya untuk bisa bersaing. Lalu, apa yang perlu ditiru Indonesia dari Jepang untuk membentuk pertanian yang ungul?
Informasi ini diperolah dari Rahmat Efendi dan Andre Dwi Setiawan, mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta yang beberapa waktu lalu dikirim oleh pihak kampus untuk praktik magang di Kota Komoroshi dan Kawakami, Jepang. Keduanya bercerita tentang hal-hal yang menjadikan pertanian Jepang begitu maju. Apa saja?
1. Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap pertanian
Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang telah diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam petani. Menurut Rahmat, apa yang ditanam sudah diatur sesuai dengan permintaan pasar. Tak ada petani yang ngeyel ingin bertani sesuka mereka. "Jadi nggak ada ceritanya petani sana kebingungan menjual produk pertanian seperti di Indonesia," terangnya.
Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang telah diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam petani. Menurut Rahmat, apa yang ditanam sudah diatur sesuai dengan permintaan pasar. Tak ada petani yang ngeyel ingin bertani sesuka mereka. "Jadi nggak ada ceritanya petani sana kebingungan menjual produk pertanian seperti di Indonesia," terangnya.
Tak hanya masalah apa yang ditanam, pemerintah juga turut campur tangan terhadap harga produk pertanian. Pengaturan itu dilakukan oleh bagian pemerintah semacam Dinas Pertanian di Indonesia. Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga yang layak.
Meski begitu, ada juga pihak swasta yang membeli hasil pertanian di sana. "Tapi pihak swasta tidak akan membeli hasil pertanian di bawah harga pemerintah, pasti di atasnya," ungkap Andre. Dengan begitu, tak ada istilah petani dirugikan karena dipermainkan tengkulak.
Jangan bayangkan lahan pertanian di Jepang seperti di Indonesia yang tiap petani hanya memiliki sepetak atau dua petak sawah. Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektare sawah.
Sawah yang dimiliki satu keluarga di Jepang diwariskan dengan cara tidak dibagi-bagi seperti yang terjadi di Indonesia. Setiap keluarga, hanya ada satu anak yang akan mewarisi lahan pertanian. Anak yang benar-benar ingin menjadi petani yang akan dipilih untuk mewarisi lahan pertanian. Sedangkan anak lainnya akan menerima warisan dalam bentuk lain.
Dengan memiliki lahan pertanian yang luas, pengaturan pertanian akan lebih mudah dilakukan. Penggunaan mesin-mesin dalam pertanian juga lebih mudah karena luasnya lahan.
Kuatnya industri otomotif di Jepang juga berdampak pada pertanian. Sistem pertanian di Jepang telah menggunakan teknologi yang canggih. Untuk menanam, menyirami, hingga memanen, petani Jepang telah dibantu dengan mesin. Jika di Indonesia membajak sawah masih menggunakan bajak tunggal, di Jepang membajak telah menggunakan bajak enam sehingga 1-2 jam telah selesai.
Bertani di Jepang juga menerapkan jam kerja seperti bekerja di kantoran. Setiap petani di Jepang akan memunyai sejumlah karyawan yang membantu mengelola lahan pertanian seluas 7-10 ha. Jam kerjanya pun ditentukan. Kerja secara normal dilakukan selama delapan jam mulai dari pukul 02.00 dini hari. Istirahat yang dilakukan karyawan tidak dihitung jam. "Istirahat sarapan itu tidak dihitung dalam delapan jam kerja," terang Rahmat.
Maka delapan jam kerja biasanya bisa terpenuhi hingga pukul 12.00 siang. Setelah itu mereka tidak langsung pulang. Jika lembur, maka setelah pukul 12.00 itu, mereka istirahat dua jam kemudian dilanjutkan dengan lembur hingga pukul 17.00 waktu setempat. "Kami hanya tidur sekitar empat jam per hari," tambah Andre.
Itulah lima hal yang membuat pertanian di Jepang maju. Selain lima hal itu, tentunya masih banyak hal yang mempengaruhi berkembangnya pertanian di Jepang. Nah, kira-kira kapan ya Indonesia bisa memiliki sistem pertanian seperti Jepang?
Pemerintah Diminta Izinkan Perdagangan Benih Rekayasa Genetik
Admin
8:10 PM
artikel pertanian
,
benih
,
benih biotek
,
GMO
,
IPB
,
pertanian indonesia
,
rekayasa genetik
Pemerintah dimita segera mengeluarkan regulasi yang mengizinkan perdagangan produk benih yang telah direkayasa secara genetik (genetically modified organism/GMO) di pasar domestik guna menggenjot produktivitas areal tanaman pangan Indonesia.
Ekonom pertanian mendukung usulan ini dengan mengajukan sejumlah bukti akademis yang membeberkan kelebihan benih GMO, atau lazim disebut benih biotek. Namun di sisi lain, pemerintah masih bersikukuh untuk tidak terburu-buru menerbitkan beleid tersebut.
“Tantangan utama pertanian di Indonesia itu permintaan semakin meningkat, tapi areal tanam turun terus. Mau tidak mau produktivitas harus meningkat,” kata ekonom pertanian asal IPB Arief Daryanto, Rabu (28/5/2014).
Arif menjabarkan, sampai saat ini pemerintah masih gagal mendongkrak produktivitas petani Indonesia, sehingga masih tertinggal jauh dibanding dengan negra lain, yang menyebabkan sektor pertanian tidak berdaya saing dan tidak menarik minat investasi.
Seperti komoditas jagung, ujarnya, Indonesia hanya mampu menghasilkan 4-5 ton/ha, sementara regional Amerika Latin mencapai 7 ton/ha dan bahkan, AS sudah menembus angka 9,6 ton/ha.
Arief menjabarkan, belum lagi persaingan di antara 4F, yaitu food, feed, fuel dan financial speculation yang tidak jarang saling bertumbukan.
Dia mengatakan angka yang bisa dicapai oleh negara dan kawasan pertanian tersebut itu didapatkan dari benih GMO. Bahkan, katanya, lebih dari 90% kedelai yang diimpor oleh Indonesia berasal dari benih yang telah direkayasa secara genetis.
IPB, kata Arief, telah membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan benih GMO juga telah meningkatkan produktivitas tanaman jagung hingga 14%.
Apabila diterapkan secara optimal di seluruh areal tanam Indonesia, paparnya, benih GMO bisa menutup importasi jagung yang dilakukan swasta selang 5 tahun belakangan dengan jumlah sekitar 3 juta ton/tahun, atau setara US$2,5 miliar.
Graham Brookes, direktur dari lembaga konsultan ekonomi pertanian PG Economics Limited, mengungkapkan bahwa penggunaan benih GMO di dunia sejak 1996-2012 telah berkontribusi meningkatkan pendapatan petani sekitar US$116,6 miliar, atau setara US$117/ha (sekitar Rp1,36 juta/ha) hanya pada 2012 saja.
“Setiap investasi petani sebesar US$1 untuk penggunaan teknologi benih biotek ini, akan menghasilkan pendapatan tambahan sebesar US3,7,” kata Brookes saat paparan penelitiannya yang bertajuk Assessing The Global Impact of Crop Biotechnology in Improving the Environment and Economy di Bogor.
(Sumber : m.bisnis.com)
Read More
Ekonom pertanian mendukung usulan ini dengan mengajukan sejumlah bukti akademis yang membeberkan kelebihan benih GMO, atau lazim disebut benih biotek. Namun di sisi lain, pemerintah masih bersikukuh untuk tidak terburu-buru menerbitkan beleid tersebut.
“Tantangan utama pertanian di Indonesia itu permintaan semakin meningkat, tapi areal tanam turun terus. Mau tidak mau produktivitas harus meningkat,” kata ekonom pertanian asal IPB Arief Daryanto, Rabu (28/5/2014).
Arif menjabarkan, sampai saat ini pemerintah masih gagal mendongkrak produktivitas petani Indonesia, sehingga masih tertinggal jauh dibanding dengan negra lain, yang menyebabkan sektor pertanian tidak berdaya saing dan tidak menarik minat investasi.
Seperti komoditas jagung, ujarnya, Indonesia hanya mampu menghasilkan 4-5 ton/ha, sementara regional Amerika Latin mencapai 7 ton/ha dan bahkan, AS sudah menembus angka 9,6 ton/ha.
Arief menjabarkan, belum lagi persaingan di antara 4F, yaitu food, feed, fuel dan financial speculation yang tidak jarang saling bertumbukan.
Dia mengatakan angka yang bisa dicapai oleh negara dan kawasan pertanian tersebut itu didapatkan dari benih GMO. Bahkan, katanya, lebih dari 90% kedelai yang diimpor oleh Indonesia berasal dari benih yang telah direkayasa secara genetis.
IPB, kata Arief, telah membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan benih GMO juga telah meningkatkan produktivitas tanaman jagung hingga 14%.
Apabila diterapkan secara optimal di seluruh areal tanam Indonesia, paparnya, benih GMO bisa menutup importasi jagung yang dilakukan swasta selang 5 tahun belakangan dengan jumlah sekitar 3 juta ton/tahun, atau setara US$2,5 miliar.
Graham Brookes, direktur dari lembaga konsultan ekonomi pertanian PG Economics Limited, mengungkapkan bahwa penggunaan benih GMO di dunia sejak 1996-2012 telah berkontribusi meningkatkan pendapatan petani sekitar US$116,6 miliar, atau setara US$117/ha (sekitar Rp1,36 juta/ha) hanya pada 2012 saja.
“Setiap investasi petani sebesar US$1 untuk penggunaan teknologi benih biotek ini, akan menghasilkan pendapatan tambahan sebesar US3,7,” kata Brookes saat paparan penelitiannya yang bertajuk Assessing The Global Impact of Crop Biotechnology in Improving the Environment and Economy di Bogor.
(Sumber : m.bisnis.com)
Kembangan Pusat Industri Pertanian
Kembangan Pusat Industri Pertanian - Pemerintah Kabupaten Berau memberikan perhatian serius dalam pembangunan pertanian dalam arti luas di daerah ini. Mulai dari pengembangan berbagai komoditi unggulan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Selain terus memperluas sentra-sentra pertanian, penerapan teknologi dalam memacu peningkatan produksi pertanian juga terus dilakukan.
Bahkan Pemkab Berau terus mendorong terwujudnya kawasan industri pertanian di Bumi Batiwakkal. Untuk mewujudkan program tersebut, Bupati Berau Makmur HAPK bersama Wakil Bupati Ahmad Rifai, serta Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Ilyas Natsir dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ghazali, mengunjungi industri pertanian di Pulau Bulan dan Pulau Bintan yang masuk dalam wilayah Kota Batam Kepulauan Riau.
Kunjungan yang dilaksanakan sejak Selasa (27/5) untuk mempelajari pengembangan industri pertanian yang telah lebih dulu terbangun di kawasan tersebut. Bupati beserta tim teknis mengawali kunjungan dengan mengelilingi pulau bulan yang memiliki luas kurang lebih 10 ribu hektare tersebut. Di pulau itu ditinjau pusat pengembangan pertanian yang dilakukan secara terpadu, mulai peternakan yang menghasilkan produksi terbesar bahkan murni untuk kebutuhan ekspor ke negara tetangga.
Di samping itu juga dikembangkan sektor perikanan dengan berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sementara itu perkebunan juga dikembangkan budi daya tanaman coklat hingga biji jarak yang merupakan produk unggulan untuk menghasilkan minyak nabati. Pengembangan cukup menarik dari kunjungan tersebut adalah pengembangan budi daya tanaman hortikultura secara organik.
Di mana perlakuan yang diberikan benar-benar ramah lingkungan. Berbagai jenis sayuran yang dibudidayakan tidak menggunakan pestisida dan pupuk yang diberikan juga pupuk alami. Produk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang sangat baik.
“Pusat pengembangan industri pertanian ini yang sangat potensial dikembangkan dengan luas lahan potensial yang masih sangat tersedia,” ungkap Makmur disela-sela kunjungannya.
Sementara Edy Sanusi dari pengelola kawasan industri pertanian di Pulau Bulan yang memberikan penjelasan kepada rombongan, mengungkapkan jika seluruh pengembangan pertanian di pulau tersebut dilakukan secara terpadu. Artinya dari seluruh pengembangan saling memberikan manfaat. Sehingga tidak ada yang terbuang dari kegiatan pengembangan pertanian yang dilakukan.
Selain itu ketersediaan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan latar belakang yang dimiliki serta dukungan penerapan teknologi pertanian menjadi perhatian. “Jadi semua bergerak dan pengembangan pertanian di pulau ini terus ditambah,” jelasnya.
Selain pengembangan pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pulau yang berjarak kurang lebih 2,5 kilometer dari Batam ini juga dikembangkan budi daya rumput gajah. Bukan sebagai pakan ternak, tetapi untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik yang dalam tahap pembangunan. “Ini yang membuat kita salut untuk bisa menerapkan kawasan industri pertanian terpadu ini,” tandas Makmur.
Selain Pulau Bulan, Makmur dan rombongan juga meninjau pembangunan Batam Food Estate dan pusat pengembangan pertanian di Pulau Bintan.
(Sumber : aktual.co)
Read More
Bahkan Pemkab Berau terus mendorong terwujudnya kawasan industri pertanian di Bumi Batiwakkal. Untuk mewujudkan program tersebut, Bupati Berau Makmur HAPK bersama Wakil Bupati Ahmad Rifai, serta Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Ilyas Natsir dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ghazali, mengunjungi industri pertanian di Pulau Bulan dan Pulau Bintan yang masuk dalam wilayah Kota Batam Kepulauan Riau.
Kunjungan yang dilaksanakan sejak Selasa (27/5) untuk mempelajari pengembangan industri pertanian yang telah lebih dulu terbangun di kawasan tersebut. Bupati beserta tim teknis mengawali kunjungan dengan mengelilingi pulau bulan yang memiliki luas kurang lebih 10 ribu hektare tersebut. Di pulau itu ditinjau pusat pengembangan pertanian yang dilakukan secara terpadu, mulai peternakan yang menghasilkan produksi terbesar bahkan murni untuk kebutuhan ekspor ke negara tetangga.
Di samping itu juga dikembangkan sektor perikanan dengan berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sementara itu perkebunan juga dikembangkan budi daya tanaman coklat hingga biji jarak yang merupakan produk unggulan untuk menghasilkan minyak nabati. Pengembangan cukup menarik dari kunjungan tersebut adalah pengembangan budi daya tanaman hortikultura secara organik.
Di mana perlakuan yang diberikan benar-benar ramah lingkungan. Berbagai jenis sayuran yang dibudidayakan tidak menggunakan pestisida dan pupuk yang diberikan juga pupuk alami. Produk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang sangat baik.
“Pusat pengembangan industri pertanian ini yang sangat potensial dikembangkan dengan luas lahan potensial yang masih sangat tersedia,” ungkap Makmur disela-sela kunjungannya.
Sementara Edy Sanusi dari pengelola kawasan industri pertanian di Pulau Bulan yang memberikan penjelasan kepada rombongan, mengungkapkan jika seluruh pengembangan pertanian di pulau tersebut dilakukan secara terpadu. Artinya dari seluruh pengembangan saling memberikan manfaat. Sehingga tidak ada yang terbuang dari kegiatan pengembangan pertanian yang dilakukan.
Selain itu ketersediaan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan latar belakang yang dimiliki serta dukungan penerapan teknologi pertanian menjadi perhatian. “Jadi semua bergerak dan pengembangan pertanian di pulau ini terus ditambah,” jelasnya.
Selain pengembangan pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pulau yang berjarak kurang lebih 2,5 kilometer dari Batam ini juga dikembangkan budi daya rumput gajah. Bukan sebagai pakan ternak, tetapi untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik yang dalam tahap pembangunan. “Ini yang membuat kita salut untuk bisa menerapkan kawasan industri pertanian terpadu ini,” tandas Makmur.
Selain Pulau Bulan, Makmur dan rombongan juga meninjau pembangunan Batam Food Estate dan pusat pengembangan pertanian di Pulau Bintan.
(Sumber : aktual.co)
Lahan Pertanian Bogor Yang Kian Sempit
Admin
7:52 PM
artikel pertanian
,
gerakan kelompok tani
,
lahan pertanian
,
pertanian bogor
,
revitalisasi pertanian
Program revitalisasi pertanian yang digembor-gemborkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, nampaknya hanya sebatas wacana. Semakin hari, luas lahan pertanian di kabupaten ini justru kian sempit, tergerus perumahan penduduk dan industri. Bantuan alat menjadi salah satu upaya menahan laju penurunan lahan pertanian ini.
Di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, misalnya, pembangunan sejumlah apartemen berkelas, hotel berbintang, dan vila, menjadi "pemakan" lahan pertanian itu. Ketiga kecamatan tersebut kerap dituding sebagai daerah "pengirim" banjir ke Jakarta.
"Di tiga kecamatan itu memang setiap tahunnya lahan pertanian semakin menyempit dan kami melakukan pendataan secara menyeluruh terkait hilangnya lahan pertanian," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian dan Pengembangan Teknologi Wilayah 10, Teguh Irianto, Rabu (28/5).
Data yang dihimpun Kompas.com menyebutkan areal sawah dan hutan yang tersisa di kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, misalnya, diperkirakan tinggal tersisa 9,2% dari total luasan lahan wilayah tersebut. Pada periode 2000-2009, lahan hijau yang hilang di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung di wilayah ini diperkirakan mencapai 5.000 hektar, setara dengan luas Kota Sukabumi di Jawa Barat.
Menurut Teguh, semakin kritisnya lahan hijau dan area pertanian di tiga kecamatan tersebut dipicu kebutuhan lahan karena laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan sejumlah properti. Dari sisi tata ruang, kata dia, wilayah Ciawi, Megamendung, dan Cisarua merupakan kawasan ekowisata.
"Untuk tetap mempertahankan kedaulatan pangan dan area pertanian, kami telah menyalurkan bantuan berupa kultivator bagi Gerakan Kelompok Tani (Gapoktan, red)," ujar Teguh. Bantuan tersebut menurut dia bersumber dari APBD Kabupaten Bogor. Adapun jumlah bantuannya akan tergantung pada pengajuan Gapoktan bersangkutan.
Meski demikian, dari 500 gapoktan yang ada di Kabupaten Bogor berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, hanya ada 8 kultivator tersedia. Rinciannya, 4 unit untuk Kecamatan Ciawi, 3 unit untuk Kecamatan Megamendung, dan 1 unit untuk Kecamatan Cisarua.
Ketika ditanya soal ini, Teguh berkilah keterbatasan anggaran sebagai penyebab. Bantuan ini disalurkan lewat Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Sementara itu, pemerhati pertanian, Dadan Ramdani, berpendapat penyebab hilangnya lahan pertanian di Kabupaten Bogor adalah minimnya tingkat kepedulian pemerintah daerah terhadap nasib petani. Hal itu diperparah tidak adanya pencegahan atau regulasi perizinan perluasan lahan maupun bangunan bagi para pengusaha.
"Bagaimana lahan pertanian tidak menyempit, kalau pemerintah daerah mengobral perizinan," kecam Dadan, Rabu. Menurut dia, seharusnya ada pembatasan izin perluasan usaha bagi para pengusaha. "Jangan hanya demi PAD (pendapatan asli daerah, red) nasib para petani dikorbankan," imbuh dia.
(Sumber : kontan.co.id)
Read More
Di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, misalnya, pembangunan sejumlah apartemen berkelas, hotel berbintang, dan vila, menjadi "pemakan" lahan pertanian itu. Ketiga kecamatan tersebut kerap dituding sebagai daerah "pengirim" banjir ke Jakarta.
"Di tiga kecamatan itu memang setiap tahunnya lahan pertanian semakin menyempit dan kami melakukan pendataan secara menyeluruh terkait hilangnya lahan pertanian," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian dan Pengembangan Teknologi Wilayah 10, Teguh Irianto, Rabu (28/5).
Data yang dihimpun Kompas.com menyebutkan areal sawah dan hutan yang tersisa di kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, misalnya, diperkirakan tinggal tersisa 9,2% dari total luasan lahan wilayah tersebut. Pada periode 2000-2009, lahan hijau yang hilang di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung di wilayah ini diperkirakan mencapai 5.000 hektar, setara dengan luas Kota Sukabumi di Jawa Barat.
Menurut Teguh, semakin kritisnya lahan hijau dan area pertanian di tiga kecamatan tersebut dipicu kebutuhan lahan karena laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan sejumlah properti. Dari sisi tata ruang, kata dia, wilayah Ciawi, Megamendung, dan Cisarua merupakan kawasan ekowisata.
"Untuk tetap mempertahankan kedaulatan pangan dan area pertanian, kami telah menyalurkan bantuan berupa kultivator bagi Gerakan Kelompok Tani (Gapoktan, red)," ujar Teguh. Bantuan tersebut menurut dia bersumber dari APBD Kabupaten Bogor. Adapun jumlah bantuannya akan tergantung pada pengajuan Gapoktan bersangkutan.
Meski demikian, dari 500 gapoktan yang ada di Kabupaten Bogor berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, hanya ada 8 kultivator tersedia. Rinciannya, 4 unit untuk Kecamatan Ciawi, 3 unit untuk Kecamatan Megamendung, dan 1 unit untuk Kecamatan Cisarua.
Ketika ditanya soal ini, Teguh berkilah keterbatasan anggaran sebagai penyebab. Bantuan ini disalurkan lewat Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Sementara itu, pemerhati pertanian, Dadan Ramdani, berpendapat penyebab hilangnya lahan pertanian di Kabupaten Bogor adalah minimnya tingkat kepedulian pemerintah daerah terhadap nasib petani. Hal itu diperparah tidak adanya pencegahan atau regulasi perizinan perluasan lahan maupun bangunan bagi para pengusaha.
"Bagaimana lahan pertanian tidak menyempit, kalau pemerintah daerah mengobral perizinan," kecam Dadan, Rabu. Menurut dia, seharusnya ada pembatasan izin perluasan usaha bagi para pengusaha. "Jangan hanya demi PAD (pendapatan asli daerah, red) nasib para petani dikorbankan," imbuh dia.
(Sumber : kontan.co.id)
Sejarah dan Pengertian Sistem Pertanian Berkelanjutan
Sejarah dan Pengertian Sistem Pertanian Berkelanjutan - Revolusi industri telah melahirkan beragam teknologi modern yang membuat hampir semua yang bisa dilakukan manusia menjadi lebih cepat. Berkembangnya teknologi industri juga merambah ke bidang pertanian dengan ditemukannya beragam pupuk organik, pestisida, dan mesin-mesin untuk mekanisasi pertanian. Dilihat dari satu sudut pandang dan dari satu dimensi waktu, penemuan teknologi di bidang pertanian tersebut telah mampu meningkatkan produktivitas lahan secara signifikan. Secara agroindustri, kenaikan produksi pertanian per satuan waktu juga memberikan keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi, ketika dilihat dari sisi dan dimensi waktu yang lain, penggunaan teknologi pertanian yang dikatakan modern tersebut telah membawa dampak negatif yang tidak sedikit tingkat kerugian yang ditimbulkannya.
Penggunaan pupuk anorganik memang mampu menaikkan produksi per satuan luas per satuan waktu dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, pupuk tersebut membuat struktur tanah menjadi lebih padat yang berakibat pada berkurangnya kemampuan tanah dalam menahan air, dan kesulitan dalam ditembus akar. Secara kimia, tanah akan menjadi lebih asam yang menyebabkan tanah menjadi kaya akan Fe dan Al yang akan meracuni tanaman. Akibatnya, pertumbuhan maksimal yang diharapkan malah menjadi gangguan pertumbuhan yang menyebabkan hasil tanaman berkurang.
Penggunaan pestisida yang berlebihan dalam jangka panjang juga memuat ketidak seimbangan dalam ekosistem pertaian. Selain banyak hewan bukan sasaran yang mati karena penggunaan pestisida berlebihan, penggunaan pestisida telah membuat hama menjadi semakin resisten terhadap pestisida sehinga untuk mengendalikannya diperlukan dosis pestisida yang lebih banyak lagi. Semakin banyak pestisida yang diaplikasikan semakin banyak pula akumulasinya di lapangan yang pada akhirnya juga dapat merusak ekologi dan mengganggu kesehatan manusia.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan beberapa alasan yang lainnya, kemudian mulai muncul konsep pertanian lingkungan. Dalam konsep pertanian lingkungan, bahan kimia tidak serta merta ditinggalkan. Yang dilakukan hanyalah mengkombinasikan antara pertanian kimia dengan pertanian biologi dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Seiring berjalnnya waktu, kesadaran akan pertanian yang dramah lingkungan semakin tinggi yang dapat dilihat dari munculnya asosiasi-asosiasi pertanian organik seperti IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dipakai pertama kali oleh pakar FAO sebagai sinonim dari agroekosistem. Agroekosistem merupakan modifikasi ekosistem alamiah ekosistem alamiah dengan dengan sentuhan campur tangan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Pada tahun yang sama istilah agroekosistem didefinisikan sebagai upaya untuk memadukan produktivitas, stabilitas, dan pemerataan.
Pada dasarnya, sustainable mengandung dua makna besar yaitu maintenance dan prolong. Artinya suatu sistem pertanian yang mampu menjaga atau merawat dalam jangka waktu yang panjang. Manjaga atau merawat di sini adalah mamapu memberikan hasil yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, bukan seperti saat ini dimana hasil tinggi ketika awal pemberian input, baru setelah itu hasilnya merosot dengan tajam,
Menurut Nasution (1995) pertanian berkelanjutan adalah kegiatan pertanian yang memaksimalkan manfaat sosial dan pengelolaan sumber daya biologis dengan syarat memelihara produktivitas dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup, dan produktivitas sumber daya sepanjang masa. Menurut Reintjes (1999), pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meingkatkan kualitas leingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Jadi, pada intinya, pertanian berkelanjutan bukanlah merupakan suatu teknologi yang benar-benar baru. Pertanian berkelanjutan lebih mengarah kepada sistem pertanian awal dimana masih menggunakan cara-cara yang tradisionol seperti penggunaan bahan-bahan organik untuk pemupukan. Pertanian berkelanjutan hanya merupakan reaktualisasi dari sistem pertanian yang lestari.
Refferensi:
Nasution, L.I. 1995. Pertanian Berkelanjutan dalam Kaitannya dengan Kegiatan Pendidikan Tinggi Pertanian. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Salikin, K.A. 3003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Read More
Penggunaan pupuk anorganik memang mampu menaikkan produksi per satuan luas per satuan waktu dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, pupuk tersebut membuat struktur tanah menjadi lebih padat yang berakibat pada berkurangnya kemampuan tanah dalam menahan air, dan kesulitan dalam ditembus akar. Secara kimia, tanah akan menjadi lebih asam yang menyebabkan tanah menjadi kaya akan Fe dan Al yang akan meracuni tanaman. Akibatnya, pertumbuhan maksimal yang diharapkan malah menjadi gangguan pertumbuhan yang menyebabkan hasil tanaman berkurang.
Penggunaan pestisida yang berlebihan dalam jangka panjang juga memuat ketidak seimbangan dalam ekosistem pertaian. Selain banyak hewan bukan sasaran yang mati karena penggunaan pestisida berlebihan, penggunaan pestisida telah membuat hama menjadi semakin resisten terhadap pestisida sehinga untuk mengendalikannya diperlukan dosis pestisida yang lebih banyak lagi. Semakin banyak pestisida yang diaplikasikan semakin banyak pula akumulasinya di lapangan yang pada akhirnya juga dapat merusak ekologi dan mengganggu kesehatan manusia.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan beberapa alasan yang lainnya, kemudian mulai muncul konsep pertanian lingkungan. Dalam konsep pertanian lingkungan, bahan kimia tidak serta merta ditinggalkan. Yang dilakukan hanyalah mengkombinasikan antara pertanian kimia dengan pertanian biologi dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Seiring berjalnnya waktu, kesadaran akan pertanian yang dramah lingkungan semakin tinggi yang dapat dilihat dari munculnya asosiasi-asosiasi pertanian organik seperti IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dipakai pertama kali oleh pakar FAO sebagai sinonim dari agroekosistem. Agroekosistem merupakan modifikasi ekosistem alamiah ekosistem alamiah dengan dengan sentuhan campur tangan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Pada tahun yang sama istilah agroekosistem didefinisikan sebagai upaya untuk memadukan produktivitas, stabilitas, dan pemerataan.
Pada dasarnya, sustainable mengandung dua makna besar yaitu maintenance dan prolong. Artinya suatu sistem pertanian yang mampu menjaga atau merawat dalam jangka waktu yang panjang. Manjaga atau merawat di sini adalah mamapu memberikan hasil yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, bukan seperti saat ini dimana hasil tinggi ketika awal pemberian input, baru setelah itu hasilnya merosot dengan tajam,
Menurut Nasution (1995) pertanian berkelanjutan adalah kegiatan pertanian yang memaksimalkan manfaat sosial dan pengelolaan sumber daya biologis dengan syarat memelihara produktivitas dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup, dan produktivitas sumber daya sepanjang masa. Menurut Reintjes (1999), pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meingkatkan kualitas leingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Jadi, pada intinya, pertanian berkelanjutan bukanlah merupakan suatu teknologi yang benar-benar baru. Pertanian berkelanjutan lebih mengarah kepada sistem pertanian awal dimana masih menggunakan cara-cara yang tradisionol seperti penggunaan bahan-bahan organik untuk pemupukan. Pertanian berkelanjutan hanya merupakan reaktualisasi dari sistem pertanian yang lestari.
Refferensi:
Nasution, L.I. 1995. Pertanian Berkelanjutan dalam Kaitannya dengan Kegiatan Pendidikan Tinggi Pertanian. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Salikin, K.A. 3003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)