Jenis - Jenis Tanaman Hortikultura

Jenis - Jenis Tanaman Hortikultura - Hortikultura adalah salah satu jenis tanaman yang di budidayakan manusia. Pengertian hortikultura adalah tanaman yang walnya dibudidayakan di kebun atau pekarangan, berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya). Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Ada Macamatau jenis-jenis tanaman Hortikultura yang di bedakan berdasar hasil produknya.

Jenis - Jenis Tanaman Hortikultura

Jenis-jenis Tanaman Hortikultur:
1. Pomologi / Frutikultur (tanaman buah): Manggis, Mangga, Apel, Durian
2. Florikultura (tanaman bunga): Melati, Mawar, Krisan, Anyelir, Begonia, Bugenvil, dll
3. Olerikultura (tanaman sayur): Tomat, Selada, Bayam, Wortel, Kentang,
4. Biofarmaka (tanman obat): Rosela, Kunyit, Kumis kucing, Pegagan dll

Pada perkembangannya, tanaman hortikultur menjadi tanaman budidaya di perkebunan skala besar. Namun intinya tanaman tersebut layak untuk di budidayakan di kebun pekarangan rumah. Tanaman atau buahnya bisa memberi manfaat langsung kepada orang yang membudidayakan.

Misalkan tanaman sayur, walaupun ini adalah tanaman yang di budidayakan di ladang, namun ketika di taman di pekarangan buahnya juga bisa langsung dimanfaatkan, itu adalah prinsip tanaman hortikultur.

Bukan Golongan Hortikultur
Di beberapa tempat mungkin terdapat tanaman kakao dan cengkeh di pekarangan. Meskipun ada yang menanam di pekarangan, namun tanaman tersebut bukan dalam kategori Hortikultura, karena perlu proses lagi untuk bisa dimanfaatkan. Kakao dan  cengkeh adalah kategori tanaman industri.
Read More

Pembatasan PMA Hortikultura Untuk Nilai Tambah Industri Dalam Negeri

Pembatasan PMA Hortikultura Untuk Nilai Tambah Industri Dalam Negeri - Ketua Komisi IV DPR RI. Herman Khaeron mempersilahkan siapapun untuk melakukan uji materi terkait pembatasan Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang hortikultura.

Pembatasan PMA Hortikultura Untuk Nilai Tambah Industri Dalam Negeri

Dalam Undang-undnag 13 Tahun 2010 disebutkan bahwa PMA dibatasi maksimal 30 persen saja. "Harapannya, dengan pembatasan dapat memberikan nilai tambah dan pengusahaan terhadap lahan khususnya kawasan negara terjaga," kata dia, kemarin.

DPR beranggapan pembatasan ini juga akan memberikan nilai tambah untuk industri dalam negeri. PMA bisa bermitra dengan investor lokal jika ingin mengembangkan usahanya. Tanpa pembatasan ini, khawatir pihak tertentu dapat mengeruk keuntungan dengan sebesar-besarnya dari berbagai sumber.

Keputusan DPR untuk mempertahankan Undang-undang ini menurut dia sudah bulat. Namun siapapun berhak melontarkan argumentasi jika keberatan dengan kebijakan ini. "Keputusan kami bulat. Namun MK memang tempatnya adu argumentasi, silahkan saja," ujar Herman.

(Sumber : Republika.co.id)
Read More

Kesejahteraan Petani Hortikultura Di Sulut Meningkat Tajam

Kesejahteraan Petani Holtikultura Di Sulut Meningkat Tajam - Nilai Tukar Petani (NTP) berada di atas angka 100 yakni 103.92. Hal ini membuat kesejahteraan para Petani, khususnya petani tanaman hortikultura di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) meningkat.

Kesejahteraan Petani Holtikultura Di Sulut Meningkat Tajam

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Albert Nicholas mengatakan, NTP sub sektor tanaman holtikultura di Sulut pada Maret 2014 tercatat 103.92, menandakan kesejahteraan petani di sektor tersebut sangat baik, NTP sub sektor tanaman holtikultura mengalami peningkatan, dari 0,34 persen dari 103.57 di Februari 2014 menjadi 103.92 pada Maret 2014.

"Perubahan ini terjadi akibat indeks diterima petani 0,84 persen yakni melebihi indeks yang dibayar hanya 0,50 persen," Tutur Albert,seperti dikutip dari antaranews, Senin,(14/4).

Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani besarnya indeks harga konsumsi rumah tangga para petani mengalami peningkatan yakni sebesar 0,52 persen, hal serupa juga terjadi pada indeks biaya produksi dan penambahan barang modal meningkat sebesar 0,39 persen.

"Indeks konsumsi rumah tangga para petani yang meningkat, lebih disebabkan oleh indeks harga pada jenis makanan jadi, minuman ,rokok dan tembakau sebesar 0,80 persen," katanya.

Albert menambahkan, sedangkan indeks yang diterima petani, berasal dari komoditi seperti cabai merah 10,00 persen, cabai rawit 6,37 persen dan buncis 2,29 persen, hal ini mengindikasikan perubahan indeks cukup besar.

"Sedangkan dari hasil petani berupa nangka, nanas dan alpukat memberikan persentase penurunan relatif besar yaitu masing-masing -6,69 persen, -534 persen dan -3,54 persen," ungkap albert.

Ini menunjukan Nilai NTP pada sub sektor tanaman hortikultura di atas angka 100, bahwa secara umum kemampuan daya beli sub sektor tersebut bisa dikatakan lebih baik dibandingkan pada tahun 2012.

(Sumber: Merdeka.com)
Read More

Kisah Sukses Sadarsah dengan Bisnis Kopi Gayo

Kisah Sukses Sadarsah dengan Bisnis Kopi Gayo - Sadarsah, pria kelahiran Medan 19 November 1974 ini melalui CV Arvis Sanada, perusahaan yang ia dirikan pada tahun 2006, mengekspor kopi gayo ke Amerika Serikat, Inggris, Kuwait, Taiwan, Korea, Australia, Jepang, dan Laos. Setiap bulan ia mengirim 15 kontainer ke negara-negara tersebut.

Kisah Sukses Sadarsah dengan Bisnis Kopi Gayo

Dua varietas kopi arabika gayo, yakni Gayo 1 dan Gayo 2 adalah varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 3998/Kpts/SR.120/12/2010, Tanggal 29 Desember 2010. Gayo 1 merupakan varietas Arabusta Timtim, dan gayo 2 adalah verietas Borbor. Kelebihan kedua varietas ini adalah tahan terhadap karat daun, nematode dan penggerek buah kopi. Selain itu kedua varietas ini memiliki citarasa dan aroma excellent, sehingga menjadikan jenis kopi ini menjadi favorit di pasar dunia.

Sadarsah mulai mengenal bisnis kopi ketika lulus kuliah pada tahun 2001. Saat itu dia masih menjadi tenaga pemasar di lima perusahaan eksportir kopi di Medan, Sumatra Utara. Setelah hampir lima tahun bekerja, alumnus Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU) ini mulai memilih jalan untuk berwirausaha sendiri.

Pada 2006, dengan modal pinjaman dari seorang teman, Sadarsah mendirikan CV Arvis Sanada di Medan. Dia perlu membuat badan usaha karena melihat peluang besar dalam bisnis ekspor kopi. Apalagi ketika itu dunia sedang mengalami krisis kopi.

Ekspor perdana yang cuma satu kontainer itu ternyata menjadi pembuka pintu gerbang bagi Sadarsah untuk memasuki perdagangan kopi dunia. Dengan mengusung slogan “Quality, Trust, and Excellence,” pertumbuhan bisnis Sadarsah melesat pesat. Jika pada 2006, omzetnya hanya Rp 600 juta per bulan dengan kemampuan ekspor kopi hanya satu kontainer. Tahun berikutnya omzet sudah melonjak drastis hingga Rp 1,5 miliar per bulan.

Sadar dengan peluang besar itu, Sadarsah pun berupaya untuk mendapatkan sertifikat kopi organik dari lembaga sertifikasi Control Union di Belanda. Sertifikat tersebut seperti Fair Trade, organic coffee, dan rain forest . Sertifikat –sertifikat ini akan menambah nilai harga kopi arabika gayo di pasar dunia. Dengan modal tambahan berupa sertifikat itu, ekspor kopi Sadarsah pun makin lancar.

Mengangkat Nasib Petani Kopi

Kesuksesan Sadarsah membangun bisnis kopi melalui CV Arvis Sanada tak lepas dari keberhasilannya membangun kemitraan dengan petani kopi. Berkat keluwesan bergaul, saat ini Sadarsah telah menjalin kemitraan dengan 7.000 petani kopi yang tersebar di Aceh Tenggara, dan Lintong, Sumatra Utara, dari para petani kopi itulah Sadarsah mendapatkan pasokan kopi dan sukses mengekspornya ke berbagai negara. Kepiawaian dia bergaul tak lepas dari masa lalunya yang besar dari keluarga petani kopi.

Untuk mendapatkan kepercayaan petani, Sadarsah mengajak para petani kopi untuk mendirikan koperasi. Tahun 2006 berdirilah koperasi petani kopi bernama KSU Arinagata dengan jumlah anggota 335 petani. KSU Arinagata itu mengelola lahan kopi seluas 2.700 hektare (ha) yang tersebar di Aceh Tenggara dan Bener Meriah (Takengon). Anggota koperasi itulah yang rutin memasok kopi gayo kepada Sadarsah.

Jalinan kerjasama antara Sadarsah dengan petani itulah yang membuat Sadarsah bisa mendapatkan pasokan kopi 5.400 ton per tahun. Kopi itu ia beli Rp 65.000 per kg dan dijual dengan harga Rp 70.000 per kg sampai dengan harga Rp 75.000 per kg.

Sengketa Merek

Keberhasilan Sadarsah bersama CV Arvis Sanada mengekspor kopi gayo ke berbagai negara memang tak semudah membalik telapak tangan. Berbagai rintangan harus ia lewati agar bisa menjajakan kopi tanah Andalas ke mancanegara. Salah satu problem yang pernah dihadapi Sadarsah adalah keberatan atas merek gayo yang dilayangkan perusahaan kopi asal Belanda, Holland Coffee, pada 2008 silam. Perusahaan itu mengklaim, Sadarsah telah menjiplak merek kopi produksi mereka.

Holland Coffee secara terang-terangan melarang Sadarsah menggunakan kata gayo pada merek kopinya, Arabica Sumatera Gayo. Apalagi kopi milik Sadarsah itu juga beredar luas di Negeri Belanda. Perusahaan itu menyatakan, merek gayo pada kopi mereka itu sudah terdaftar dalam undang-undang merek di Belanda. Karena itu, penggunaan kata gayo oleh Sadarsah dinilai melanggar aturan merek di Belanda.

Namun Sadarsah sebagai warga negara Indonesia mengatakan bahwa dirinya lebih berhak menggunakan kata gayo ketimbang orang Belanda yang menggunakan kata itu. Apalagi kata gayo adalah nama daerah di Indonesia bukan nama daerah di Belanda..

Untuk mempertahankan merek gayo itu Sadarsah mengajukan sertifikat asal-usul kopi. Baru Mei 2010 dia berhasil mengantongi sertifikat IG (indikasi geogafis) dari International Fair Trade Organization (IFTO). Sertifikat itu menyatakan Sadarsah berhak memakai kata gayo pada produk kopi miliknya yang berasal dari Gayo. Berkat sertifikat IG itulah Sadarsah menjadi percaya diri memperkenalkan kopi gayo keseluruh dunia. Oktober 2010 ia membawa kopi gayo dalam acara Lelang Spesial Kopi Indonesia di Bali. “Kopi Sumatera Arabika Gayo mendapat nilai tertinggi saat cupping score ,” katanya.

Ternyata ada hikmah dibalik sengketa merek “Gayo” antara Holland Coffee dan Sadarsah. Dengan kejadian itu memantapkan posisi kopi gayo sebagai kopi organik terbaik dunia. “Dulu banyak yang tak kenal kopi gayo, setelah sengketa merek itu, kopi gayo malah jadi terkenal,” kata pak Sadarsah.
Read More

Tahun Ini, DKI Bangun 20 Lokasi Pertanian Modern

Tahun Ini, DKI Bangun 20 Lokasi Pertanian Modern - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun sistem pertanian modern atau hidroponik di Rumah Susun Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Tempat pertanian itu akan dijadikan sebagai contoh dan akan dibangun di 20 lokasi lainnya di Jakarta.

Tahun Ini, DKI Bangun 20 Lokasi Pertanian Modern

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengklaim, pertanian modern di rumah susun Marunda itu merupakan green house yang pertama di Jakarta. Dari mulai menanam hingga panen dibutuhkan waktu sekitar 27 hari atau sekitar satu bulan. Tanaman yang ditanam di sana diutamakan sayur-sayuran untuk dijual di supermarket dan restoran.

"Ini percobaan tapi lumayan berhasil, hari minggu mau panen dan dijual," kata Jokowi, sapaan Joko Widodo di rusun Marunda, Jumat, 11 April 2014.

Untuk menggarap pertanian kota itu, butuh 10 orang petani kota. Para petani itu dilatih secara khusus untuk bisa bercocok tanam modern dengan teknologi dengan menggunakan green house dan hidroponik.

"Yang kelola kelompok tani, ini green house dan bibitnya kami beri bantuan. Tapi diajarinya oleh petani hidroponik, Dua bulan atau tiga bulan harus bisa, nanti pindah ke tempat yang lain," terangnya.

Jokowi menambahkan, untuk tahun ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun sebanyak 20 titik pertanian modern itu. Lokasinya akan diutamakan di rumah susun yang ada di Jakarta. Kemudian di beberapa kampung deret yang sebelumnya sudah dibangun.

Kata Jokowi, modal untuk membangun satu ruangan hidroponik atau pertanian modern itu dibutuhkan biaya Rp500 juta. Kemudian setiap kali panen bisa mendapatkan keuntungan Rp20-24 juta di mana setiap satu hidroponik itu digarap oleh 10 orang.

"Kalau dikelola bersepuluh berarti kira-kira Rp2,4 juta per orang. Tapi ini kan ada yang sudah punya kerjaan, ini bisa jadi sambilan juga sore atau pagi saja," terangnya.
Read More